Di sebuah mentoring pada suatu kampus, kakak kelas yang menjadi mentor bagi adik-adik kelasnya berpesan untuk hati-hati terhadap lirik lagu yang menyeret pada kekufuran. Setelah menerangkan surat Adz-Dzariyat 56, “Dan tidaklah Kuciptakan Jin dan Manusia kecuali untuk beribadah kepadaKu (Allah swt)”, sang mentor memberi contoh lagu yang melawan ayat tersebut.
Hawa tercipta di dunia
Untuk menemani sang Adam
Begitu juga dirimu
Tercipta ‘tuk temani aku
“Nah, itu contoh lirik lagu yang berlawanan dengan Qur’an. Apakah Allah ridho kita merayu lawan jenis dengan mengatakan “kau tercipta untukku”, padahal dalam Al-Qur’an Allah telah menegaskan bahwa manusia itu tercipta untuk beribadah kepada Allah? Awas, jatohnya syirik lho..”
Lalu seorang peserta mentoring mendebat, “Kan bener bang, saat Adam kesepian di surga, Allah menciptakan Hawa untuk nemenin Adam.”
Kemudian sang mentor menjawab, “Apakah setelah Adam meninggal, Hawa ikut meninggal? Kan masa tugasnya sudah berakhir”. Begitu jawab si mentor.
Well, memang apa yang dikatakan mentor itu ada benarnya. Bahwa banyak lirik lagu yang tidak layak diucapkan karena bisa-bisa menyeret kita pada kesyirikan dan kekufuran. Sering ada lirik begini pada lagu metal (mellow total), “Aku tak bisa hidup tanpamu”. Coba pikir dengan akal sehat! Selain terlalu cengeng dan gak banget, syair seperti ini jelas mengesampingkan kekuasaan Allah swt. Allah yang menghidupkan dan mematikan. Juga syair “Kau lah segalanya bagiku”, di mana letak ikatan antara seorang muslim dengan Allah swt, bila keberadaan Dzat Yang Memberi Nikmat dipinggirkan oleh manusia yang dianggap segala-galanya. Naudzubillahi min dzalik.
Memang ada yang bakal menyanggah, “Ah.. itu kan cuma lagu. Seni.” Iya, tapi apakah sebuah seni tidak punya batasan? Apakah kita boleh bernyanyi semau kita hingga menghina Allah swt?
Lirik lagu Bruno Mars yang berjudul “It Will Rain” yang baru-baru ini ngehits juga mengandung lirik yang serem.
There’s no religion that could save me.
No matter how long my knees are on the floor
Terasa gak, dengan menyanyikan lagu itu, kita mendeklarasikan diri kita menjadi seorang atheis atau agnostic, atau apalah? Padahal kalau kita ngaji, jelas sekali Islam lah agama yang menyelamatkan kita dunia dan akhirat. Pantas kah kita menyanyikan lagu ini sementara setiap detik kita dilimpahkan nikmat oleh Allah swt? Kemana rasa sopan kita kepada Tuhan?
Ada lagi… Rasulullah saw telah bersabda, "Barang siapa yang bersumpah dengan selain Allah sungguh telah musyrik. [HR Tirmidzi]. Pada hadits lain, "Setiap sumpah yang diucapkan tidak dengan nama Allah, termasuk perbuatan syirik.'" (HR Hakim). Al-Hafizh Ibnu Hajar berkata dalam kitab Fat-hul Baari (XI/531), "Sabda Nabi, 'Maka ia telah kafir atau berbuat syirik,' tujuannya adalah penegasan dan penekanan larangan. Hal ini telah dijadikan sandaran oleh para ulama yang mengharamkannya."
Lalu coba rekan muda nilai lirik lagu yang dinyanyikan Rosa yang berbunyi: "…Kubersumpah atas nama cinta…" Jelas sekali tersirat bahwa si pencipta lirik bersumpah tidak dengan nama Allah, tapi atas nama cinta. Maunya sih indah… Tapi apa iya aturan agama bisa dikesampingkan demi terciptanya keindahan? Apa iya kita rela menyanyikan lagu yang punya konsekuensi yang sangat berat, bisa sampai pada kemusyrikan.
Karena hidup ini tidak ada sedetik pun tanpa nikmat Tuhan, maka tidak selayaknya kita tidak peduli atas ridho Tuhan sedetik pun. Termasuk saat bernyanyi, jangan memancing-mancing perbuatan yang Allah tidak ridhoi.
Terakhir, ada ayat yang bisa kita renungkan bersama. Ayat-ayat yang ada pada akhir surat Asy-Syu’ara. Bercerita tentang penyair yang menjadi teman syetan karena syair-syairnya yang menjerumuskan manusia pada kesesatan, kedustaan, dan hal-hal yang tidak diridhoi Allah.
“Apakah akan Aku beritakan kepadamu, kepada siapa syaithan-syaithan itu turun? Mereka turun kepada tiap-tiap pendusta lagi yang banyak dosa, mereka menghadapkan pendengaran (kepada syaithan) itu, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang pendusta. Dan penyair-penyair itu diikuti oleh orang-orang yang sesat. Tidakkah kamu melihat bahwasanya mereka mengembara di tiap-tiap lembah, dan bahwasanya mereka suka mengatakan apa yang mereka sendiri tidak mengerjakan (nya)?, Kecuali orang-orang (penyair-penyair) yang beriman dan beramal saleh dan banyak menyebut nama Allah dan mendapat kemenangan sesudah menderita kezaliman. Dan orang-orang yang zalim itu kelak akan mengetahui ke tempat mana mereka akan kembali.”(QS Asy-Syu’ara 221-227)
0 comments:
Post a Comment